Fantasy Jubingan

>> Friday, February 5, 2010




Jakarta 0402201019302200 Bentara Budaya. Sekitar jam 16.00 status pada Facebook saya yang di-update via Twitter adalah "...mau jubingan dulu ah...", ternyata mendapatkan komentar dari dua orang teman di tempat yang berbeda, di Facebook seorang teman dari Palembang menyahut "...jubingan ki opo mas?..." dan di Twitter teman dari Jakarta ikut mengkomentari "...jubingan? bhs yg tak gw knal...". Hmm...ternyata menarik ada 2 orang yang kebingungan dengan istilah saya. Setelah menunggu beberapa lama akhirnya telepon genggam saya pun berbunyi ternyata seseorang yang saya ajak telah tiba, agak sedikit lupa tepatnya tapi rasanya ada sebuah pertanyaan muncul dari seseorang yang kini telah duduk di samping saya "...kenapa semuanya pakai fantasy?...", dengan spontan pun saya memberikan jawaban "...karena mungkin kita ingin diajak untuk ber-fantasy...". acara pun kembali berjalan sambil sesaat saya kembali bertanya "...sebelum ini belum pernah tau ya?...".

Jubingan sebenarnya dimulai ketika saya berlari ke kamar saya untuk mendengarkan Becak Fantasy dan istilah itu muncul dan dimengerti oleh seorang teman yang memperkenalkan saya kepada musik-musik Jubing Kristianto, sampai sekarang saya selalu menggunakan istilah itu ketika ingin mendengarkan musik-musik yang dimainkan oleh Jubing. Akhirnya kesampaian juga untuk melihat Jubing Kristianto secara langsung, sebuah konser sederhana dengan judul 'Jalan Hidup Enam Senar' yang digelar di Bentara Budaya berlangsung dengan sukses. Bukan hanya sukses tetapi sebuah konser solo gitar akustik mampu menyedot perhatian lebih kurang 600 orang yang hadir dan berbaur dengan sang gitaris, tidak ada batasan. Konser yang diadakan secara gratis ini dipandu oleh sahabat dari Jubing sendiri dengan gaya yang cukup akrab dengan saya, gaya guyonan khas Srimulat.

Ketertarikan saya pada musik-musik Jubing sebenarnya berawal pada sesuatu keterkejutan ketika mendengarkan kembali lagu Becak yang dimainkan Jubing secara orkestra. Sebuah lagu anak-anak yang kembali terdengar setelah sekian lama tidak mendengar lagu anak-anak bermutu di Indonesia, mungkin terakhir jika mau secara detail adalah saat Sherina mengeluarkan album Petualang Sherina itu adalah kali terakhir Indonesia punya lagu anak-anak bermutu. Entah apa yang menyebabkan lagu anak-anak bermutu sepertinya mati suri tapi Jubing telah mampu menghadirkan kembali lagu anak-anak dalam ketiga albumnya. Becak Fantasy, Hujan Fantasy dan Delman Fantasy ketiganya menghadirkan kembali lagu anak-anak dengan sentuhan liyan (the other) tanpa syair.

Bukan hanya lagu anak-anak yang mendapatkan sentuhan dawai gitar Jubing beberapa lagu daerah pun kembali hidup, Ayam Den Lapeh di album Becak Fantasy, Bengong Jeumpa dan Gundul Pacul di album Hujan Fantasy, dan di album ketiga Delman Fantasy hadir Bubuy Bulan. Walaupun jika dibilang album-album Jubing juga menghadirkan lagu-lagu lain dengan genre non lagu anak-anak ataupun daerah, namun ruh dari semua pembuatan album Jubing adalah lagu anak-anak sederhana dan indah. Di Jakarta sendiri saat ini ada sebuah fenomena menarik untuk diamati, hadirnya gerobak 'odong-odong' yang menjelajah sudut-sudut 'kampung' kota Jakarta. Menariknya adalah lagu-lagu yang selalu menyertai odong-odong ini adalah lagu anak-anak yang sederhana tadi bukan lagu-lagu ber-gendre dewasa. Entah apa alasan para pemilik odon-odong menghadirkan lagu anak-anak yang jelas mungkin latar belakangnya sangat sederhana dan tidak rumit.

Fenomena lain di Indonesia adalah ketika industri media elektronik terutama televisi berusaha mencetak artis-artis cilik lewat penggalian bakat menyanyi. Mari sama-sama kita perhatikan berapa persen perbandingan lagu-lagu yang dibawakan oleh para calon artis cilik ini sesuai dengan umurnya. Dan hal ini terus terjadi tanpa ada niatan untuk mengubahnya. Kenapa tidak ada sebuah kompetisi untuk mencipta lagu anak-anak yang baik, apakah ini sebuah indikasi dimana anak-anak diekploitasi dan menempatkan mereka sebagai komoditas baru? Jadi dimana letak perbedaan mereka dengan para pekerja anak yang ramai-ramai banyak diprotes oleh para aktivis anak? Terlepas dari itu semua Jubing Kristianto memberikan harapan baru bagi kita untuk menggali lagi lagu anak-anak yang ada di Indonesia.

0 comments:

Blog Archive

Followers

About This Blog

KUMKUM

About This Blog

  © Blogger templates Romantico by Ourblogtemplates.com 2008

Back to TOP